Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan (FPIK) Undip senantiasa berupaya mengembangkan dan meningkatkan sarana prasarana untuk mendukung kegiatan akademik bagi civitas akademika. Salah satu fasilitas untuk mendukung pengembangan dan proses pembelajaran adalah pembuatan gallery of aquatic specimens sebagai rintisan mini museum biota perairan. Museum ini selain bertujuan sebagai scientific laboratory juga berfungsi sebagai bukti koleksi hasil riset dosen. Beberapa spesimen yang disiapkan antara lain biota dari golongan Avertebrata seperti Echinodermata, Mollusca, Porifera, Coelenterata, maupun dari golongan Vertebrata seperti Pisces, Amphibia, dan Mammalia (cetacea).
Prof.Dr.Ir. Agus Hartoko, MSc penggagas ide mini museum sekaligus dosen Oseanografi, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang menggeluti riset bidang ocean paleontology menyampaikan bahwa Indonesia terbentuk dari pertemuan 3 (tiga) benua Eurasia-Australia-pacific 55 juta tahun lalu. Hasil penelitian dan koleksi marine fossil selama 30 tahun, diketahui Indonesia memperkaya genetic biodiversity dari 3 benua tersebut yang ditunjukkan dari sampel gigi Megalodon. Di Indonesia ditemukanfossil Megalodon dari jenis Otodus megalodon sebagai salah satu Ihtiosaurus dunia sejak jaman kapur atau era Cretaceous 145 -66 juta tahun hingga era Miocene, Pleistocene 3 juta tahun lalu. “Jadi nusantara kita memang kaya keanekaragaman hayati atau kekayaan genetik sejak jaman dahulu maka kita perlu mengetahui untuk pelestariannya hingga anak cucu kita” ujar Hartoko di saat memberikan kuliah.
Sampel gigi Megalodon yang telah dilakukan data-base-ID akan akan dipresentasikan secara ilmiah di museum Biota FPIK Undip dan menjadi bukti nyata tingginya biodiversitas kekayaan perairan Indonesia.-CA-

Gambar 1. Prof.Dr. Agus Hartoko (Kiri) sedang melaksanakan kuliah Bersama mahasiswanya, Koleksi Sampel Gigi Megalodon (Kanan)

