Wates, Rembang (20/10/2022), Tim Departemen Sumber Daya Akuatik telah melaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat di Pantai Pasir Putih Wates, Rembang pada tanggal 19 Oktober 2022. Kegiatan ini adalah lanjutan dari riset yang sebelumnya telah dilaksanakan di Perairan Pulau Gede Rembang. Kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa penyampaian informasi terkait keanekaragaman hayati yang ada di wilayah perairan Pulau Gede. Pada kegiatan ini, tim Dept Sumber Daya Akuatik meletakkan Papan Informasi terkait jenis jenis Koral dan Biota Perairan yang terdapat di Pulau Gede, hal ini bertujuan agar dapat menyampaikan informasi terkait kelestarian di perairan wilayah Pulau Gede dan Pantai Pasir Putih Wates Rembang. Kelancaran dan kesuksesan ini tidak terlepas dari peran Pengelola Pantai Pasir Putih Wates Rembang yang telah memberikan dukungan dalam hal konservasi dan kelestarian lingkungan yang ada di wilayah tersebut.
Sustainable Development Goals Nomor 14 berbunyi menjaga ekosistem laut dengan cara mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan yang berkelanjutan. Terdapat sekitar 10 target yang diturunkan dari SDGs nomor 14 ini. Beberapa diantaranya antara lain: 1. pada tahun 2025, mencegah dan secara signifikan mengurangi segala jenis polusi kelautan, terutama dari aktivitas daratan, termasuk serpihan sisa barang laut dan dan polusi bahan makanan. 2. Pada tahun 2020, secara berkelanjutan mengelola dan melindungi ekosistem laut dan pesisir untuk menghindari dampak buruk yang signifikan, termasuk dengan memperkuat daya tahannya, dan melakukan aksi restorasi agar dapat mencapai kelautan yang sehat dan produktif. 3. Meminimalisir dan mengatasi dampak dari bertambahnya keasaman air laut, termasuk memperbanyak kerjasama ilmiah pada setiap level. 4. Pada tahun 2020, secara efektif meregulasi panen dan pengambilan ikan secara berlebihan, pemancingan illegal, tidak terlaporkan dan tidak teregulasi, juga praktek-praktek pemancingan yang destruktif serta mengimplementasikan perencanaan manajemen berbasis ilmiah agar dapat mengembalikan persediaan ikan secepat mungkin, setidaknya padalevel dimana dapat memproduksi hasil maksimum yang berkelanjutan sebagaimana karasteristik biologis masing-masing ikan. 5. Pada tahun 2020, mengkonservasi setidaknya 10 persen dari area pesisir laut, konsisten dengan hukum nasional dan internasional dan berdasarkan informasi ilmiah terbaik yang tersedia. 6. Memperbanyak konservasi dan penggunaan yang berkelanjutan terhadap laut dan sumber dayanya, seperti yang tertera di paragraf 158 dari “The Future We Want” (Masa Depan yang Kami Inginkan).
Pulau Gede merupakan sebuah pulau tidak berpenghuni berbentuk bulan sabit dengan luas kurang lebih 1,2 hektar yang berada di sebelah utara Pantai Wates, Desa Tasikharjo, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang. Hamparan pasir putih bersih, perairan yang jernih dan vegetasi cemara yang rapat merupakan beberapa hal yang menjadi daya tarik pulau ini bagi para wisatawan. Akses ke pulau ini terbilang cukup mudah yaitu menyewa perahu nelayan dengan harga sewa yang cukup terjangkau. Disamping pemandangannya yang indah, pulau ini menghadapi tantangan yang cukup serius yakni abrasi dan akresi. Berdasarkan keterangan pengelola Pantai Wates, luasan pulau Gede 10 tahun yang lalu sekitar 16 Ha, namun sekarang hanya tersisa sekitar 1,1-1,2 Ha. Dimana luasan pasir pantai ini akan berubah-ubah tergantung musim dan arah gelombang. Berdasarkan survey awal, kondisi sebelah timur maupun barat pulau ini sangat memprihatinkan. Banyak pohon-pohon besar yang usianya sudah cukup tua, tumbang begitu saja akibat gelombang musim timur. Demikian pula kondisi di sisi barat, dimana bagian tebingnya terkikis hingga memperlihatkan lapisan tanah penyusunnya. Jika dibiarkan saja bukan tidak mungkin dalam 5 tahun kedepan Pulau Gede hanya tinggal cerita, seperti halnya kondisi Pulau Marongan yang saat ini hanya tinggal hamparan karang tanpa daratan yang hanya terlihat saat surut saja.
Oleh karena itu tim pengabdian masyarakat Departemen Sumberdaya Akuatik FPIK Undip mengadakan pengembangan SDGs nomor 14 di Pulau Gede berupa inventarisasi biota laut merupakan salah satu bentuk konservasi. Tim ini diketuai oleh Dr. Diah Ayuningrum dan Oktavianto Eko Jati, M.Si serta beranggotakan Prof. Norma Afiati, Ph.D dan Dr. Pujiono Wahyu Purnomo. Tim melakukan inventarisasi di bulan Juni 2022 dan hasil inventarisasi diserahkan dalam bentuk papan informasi pada Oktober 2022. Hasil inventarisasi ini diharapkan bisa menjadi basis data bagi pemerintah daerah atau dinas terkait. Basis data tersebut bisa menjadi patokan agar Pulau Gede bisa dimasukkan sebagai salah satu kawasan konservasi perairan di Kabupaten Rembang, selain kawasan konservasi Karangjahe Rembang. Mengingat kondisi pulau yang saat ini berperan sebagai daerah ekowisata sehingga penetapan sebagai kawasan konservasi diharapkan dapat melindungi pulau ini dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Proses inventarisasi dilakukan dengan peralatan SCUBA diving di kelaman 3-10 meter di beberapa titik sekitar pulau Gede. Hasil inventarisasi biota dikategorikan menjadi karang dan non-karang. Biota-biota yang sudah diinventarisasi kemudian diidentifikasi dan selanjutnya dibuat dalam bentuk papan informasi untuk menambah wawasan pengunjung di Pantai Wates. Selain itu juga untuk menarik wisatwan agar banyak yang ingin mengunjungi pulau Gede. Biota-biota yang berhasil diinventarisasi dari perairan Pulau Gede dibedakan menjadi karang dan non-karang. Sejumlah 25 genera karang berhasil diidentifikasi, diantaranya: Acropora, Acantastrea, Astreopora, Cipastrea, Diploastrea, Echinopora, Favia, Favites, Galaxea, Goniastrea, Heliopora, Hydnopora, Isopora, Litophylon, Merulina, Montipora, Pavona, Pectinia, Platygyra, Pocillopora, Podabacia, Porites, Stylopora, Symphyllia dan Turbinaria. Biota non-karang yang berhasil diinventarisasi antara lain: anemon, ascidian, bulu babi, fla worm, gorgonian, ikan hiu, ikan karang, lobster, nudibranch dan spons. Banyaknya biota-biota yang hidup di Pulau Gede menunjukkan potensi yang sangat tinggi. Oleh karenanya perlu dilakukan konservasi agar biota-biota tersebut tidak punah.